Setelah mengunjungi Kantor Harian Serambi Indonesia dan RRI (Radio Republik Indonesia) Peserta jurnalistik Oemar Diyan mengunjungi Kantor TVRI. Banda Aceh, Jum’at, (14/10/2022).
Kunjungan 34 santri jurnalistik ke TVRI disambut baik oleh Bapak Mahyar Jamal bersama staf ahli di Aula pertemuan TVRI. Mahyar menjelaskan secara singkat sejarah munculnya TVRI di Indonesia dan Aceh.
“TVRI berdiri pada 24 Agustus 1962 ditandai dengan acara siaran langsung upacara perdana Asian Games ke IV di Stadion Utama Gelanggang Olah Raga Bung Karno untuk pertama kalinya. Setelah itu TVRI terus meluas, pemerintah membangun stasiun penyiaran TVRI kedua di Yogyakarta, kemudian di Sumatera Utara. Hingga pada tahun 1972 TVRI memiliki 14 stasiun produksi kelililing. Di Aceh sendiri TVRI berdiri sejak 18 Februari 1992 dengan siara perdana Jejak Islami dan Salam Olahrga.” Ujar Mahyar.
Pembimbing Jurnalistik, Irhamullah menyampaikan tujuannya datang ke TVRI. Menurutnya TVRI merupakan media yang bisa menyalurkan wawasan ilmu jurnalistik ke santri-santri Oemar Diyan. Baik itu secara material ataupun teknis yang diapakai dalam peliputan berita.
“Tujuan kami datang ke Kantor TVRI tidak lain untuk mencari wawasan tentang jurnalistik, yang nantinya bisa diadaptasikan kepada peserta jurnalistik di Oemar Diyan. Kami sangat berharap dengan adanya pelatihan serta kunjungan ke berbagai media di Aceh khususnya TVRI dapat melahirkan para jurnalis yang handal untuk pesantren Oemar Diyan.” Ujar Irhamullah
Mahyar menjelaskan kepada peserta jurnalis tentang bagaiamana pembuatan sebuah berita yang baik dan benar. Apa saja yang harus dilakukan oleh seorang jurnalis, dan bagaimana kode etik yang harus dimiliki oleh seorang jurnalis.
“Menurutnya, profesi jurnalis adalah pekerjaan yang mulia, karena kita menyampaikan suatu informasi sesuai dengan fakta dilapangan. seorang jurnalis harus teliti dalam membuat sebuah berita. Ada teknis yang harus dipersiapkan sebelum keberangkatan ke lapangan. Seorang reporter harus mengumpulkan data sebanyak-banyakanya. Hal ini untuk menguatkan informasi yang akan kita sampaikan ke publik. Kita tidak bisa mencari satu data dari satu pihak, tidak hanya pada satu sumber. Kemudian dalam sebuah teks narasi, tidak boleh mengandung isu suku, agama, ras dan antar golongan. Seorang jurnalis harus independen.” Ungkap Mahyar
TVRI menyadari dampak dari perkembangan teknologi saat ini. Semua kalangan tertuju pada media sosial. TVRI hanya fokus pada dua program, yaitu media cetak dan audio visual. Namun saat ini TVRI telah berkembang mengikuti zaman, sehingga meluncurkan program media online.
Dalam kesempatan ini, Mahyar mengajak seluruh peserta dan pembimbing berkeliling kantor TVRI. Salah satunya mengajak ke studio dan tempat publikasi. Dua santri Oemar Diyan Raudhatul Zahra dan Syeh Nafil diwawancarai oleh pihak TVRI mengenai kesan dan tujuan kunjungan ke TVRI.
*Narator: Parisha
Tinggalkan Komentar